PENGARUH METODE PENILAIAN PERSEDIAAN TERHADAP
TINGKAT LABA PERUSAHAAN
PADA PT. NGK BUSI.
KERANGKA
PENULISAN ILMIAH
Diajukan guna memenuhi tugas
softskill Bahasa Indonesia 2
Sebagai syarat pemenuhan nilai
softskill.
Disusun oleh:
NAMA : MUHAMAD
NPM :
25213683
JURUSAN : AKUNTANSI
DOSEN :
PIPIT FITRIYAH, SIKOM
FAKULTAS EKONOMI
U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelaporan
persediaan secara akurat penting bagi para pengambil keputusan baik dalam
perusahaan maupun para pengambil keputusan diluar perusahaan. Bagi manajemen
terutama sangat berkepentingan dengan persoalan seperti memutuskan kapan harus
melakukan pemesanan persediaan dan berapa banyak persediaan yang dibeli setiap
kali melakukan pemesanan. Hal ini bertujuan agar barang yang akan dibeli sesuai
dengan kebutuhan produksi, sehingga tidak akan terjadi kelebihan persediaan dan
untuk meminimalkan biaya persediaan.
Persediaan
baik pada perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur merupakan unsur yang
sangat mempengaruhi laporan keuangan, yaitu pada laporan neraca dan laporan
laba-rugi. Oleh karena itu, persediaan yang dimiliki selama satu periode harus
dapat dipisahkan mana yang sudah dibebankan sebagai biaya (Harga Pokok
Penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi dan mana yang masih
belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam laporan neraca. sedangkan semua perusahaan
menginginkan laba yang optimal. Atas dasar latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Metode Penilaian Persediaan Terhadap
Tingkat Laba Perusahaan pada PT. NGK
BUSI”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang, penggunaan metode penilaian persediaan yang tepat akan
menentukan besarnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Perusahaan
mengharapkan laba yang akan diperoleh merupakan laba yang optimal, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah metode penilaian persediaan apakah agar
mencapai laba yang optimal pada PT. NGK BUSI.
1.3
Batasan
Masalah
Batasan masalah
dalam penelitian ini yaitu pada penggunaan metode penilaian persediaan dan
metode pencatatan persediaannya. Dimana metode penilaian persediaan yang
digunakan mengacu pada Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14
(revisi 2008) dan UU
PPh. No.10 Tahun 1994 pasal 10 ayat 6 yang menyatakan bahwa pihak perusahaan hanya
boleh menggunakan salah satu metode antara FIFO atau rata-rata untuk
persediaannya. dan sistem pencatatan persediaannya
menggunakan sistem perpetual dengan menggunakan kartu persediaan sehingga
metode rata-ratanya menggunakan metode rata-rata bergerak.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh metode penilaian persediaan
yang tepat agar mencapai laba yang optimal pada PT. NGK BUSI.
1.5
Manfaat
Penelitian
Suatu
penelitian akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Adapun
manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a.
Bagi
Perusahaan
Memberikan gambaran mengenai metode penilaian persediaan dalam mencapai laba yang optimal pada PT. NGK BUSI.
Memberikan gambaran mengenai metode penilaian persediaan dalam mencapai laba yang optimal pada PT. NGK BUSI.
b.
Bagi
Peneliti
Dapat membuktikan metode penilaian persediaan yang tepat dalam mencapai laba yang optimal pada PT. NGK BUSI.
Dapat membuktikan metode penilaian persediaan yang tepat dalam mencapai laba yang optimal pada PT. NGK BUSI.
c.
Bagi
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Dapat memberikan kontribusi dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.
Dapat memberikan kontribusi dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Persediaan
Menurut
Baridwan (1992;123) persediaan digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang
dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang
yang dijual. Persediaan menurut Harnanto (2002;222) adalah meliputi semua
barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali dan atau dikonsumsi
dalam operasi normal perusahaan. Menurut Kieso, dkk (2001;444) persediaan
adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal
atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang
akan dijual. Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang
milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang
normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi. (Jusup, 2003;99).
Dari
beberapa pengertian mengenai persediaan, dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan semua barang yang dimiliki
dengan tujuan untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi
barang-barang yang dijual.
2.2
Klasifikasi Persediaan
Di
dalam akuntansi penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis
usaha perusahaan yang bersangkutan. Dalam sebuah perusahaan dagang, persediaan
terdiri dari berbagai macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli dengan
tujuan akan dijual kembali. Oleh karena itu, dalam perusahaan dagang hanya
dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut dengan persediaan barang
dagangan. Sedangkan pada perusahaan
manufaktur berbeda halnya dengan persediaan pada perusahaan dagang, tidak semua
persediaan siap untuk dijual.
Oleh
karena itu persediaan pada perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga
kategori yaitu (Stice, dkk. 2004;654) :
a.Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang
dibeli untuk digunakan dalam proses produksi.
b.Persedian barang dalam proses adalah barang yang
terdiri dari bahan-bahan yang telah diproses namun masih membutuhkan pengerjaan
lebih lanjut sebelum dijual.
c.Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah
selesai diproduksi
2.3
Metode Pencatatan Persediaan
Ada dua metode yang dapat digunakan
dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan:
a.Metode fisik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya
perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan.
Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang
yang msih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini
mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang
dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan
barang, maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu.
Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah
dihitung.
Kelemahan dari metode ini adalah bila barang yang
dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan
waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat. Tidak
diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana
baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan
penjualan.
b.Metode Perpetual
Dalam metode perpetual setiap jenis persediaan
dibuat rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan.
Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa
kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo
persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam
rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui
dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Masing-masing kolom
dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya. Dibandingkan dengan metode
pencatatan fisik, metode ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat
persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba
rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.
2.4
Metode Penilaian Persediaan
Ada tiga metode
yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan penilaian persediaan:
a.FIFO
(First In First Out)
Metode
FIFO atau masuk pertama keluar pertama menganggap bahwa barang yang terlebih
dahulu dibeli akan dijual terlebih dahulu, dengan demikian harga perolehan
barang yang lebih dahulu dibeli dianggap akan menjadi harga pokok penjualan
lebih dahulu juga.
b.LIFO
(Last In First Out)
Metode
LIFO atau masuk terakhir keluar pertama menganggap bahwa barang yang dibeli
lebih akhir akan dijual terlebih dahulu, dengan demikian harga perolehan barang
yang dibeli paling akhir akan dialokasikan terlebih dahulu sebagai harga pokok
pendahuluan.
c.Metode rata-rata
Metode rata-rata
didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk dijual adalah homogen.
Metode ini tidak mudah untuk menentukan berapa unit yang harus keluar terakhir,
dengan demikian pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual
dilakukan atas adasar harga perolehan rata-rata. Ada tiga tipe rata-rata yang
dapat digunakan:
Contoh :
01 April :
Persediaan Awal
200 unit
@ Rp. 900
=Rp. 180.000
10 April :
Pembelian
300 unit
@ Rp. 1.000 = Rp. 300.000
21 April :
Pembelian 400
unit @ Rp.
1.100
= Rp. 440.000
23 April :
Pembelian 100 unit @ Rp. 1.200
= Rp. 120.000
Total 1.000 unit @ Rp.
4.200 = Rp.1.040.000
Sistem Periodik
a)
Metode Rata-rata Sederhana
Metode
rata-rata sederhana adalah adalah menggunakan nilai rata rata secara sederhana
dengan menentukan harga rata-rata per unit berdasarkan frekwensi.
Harga rata-rata perunitnya
adalah 4.200/4 = 1.050
Sehingga nilai persediaan total
adalah 1.000 * 1.050 = 1.050.000
b)
Metode Rata-Rata Tertimbang
Yaitu penentuan
harga rata-rata perunit dengan menghitung kwantitas barang pada
setiap pembelian. Selanjutnya harga rata-rata diperoleh dengan cara
membagi Total pembelian dalam satu perioda akuntansi dengan
kwantitasnya.
Harga rata-rata perunitnya adalah 1.040.000/1.000 = 1.040
Sehingga nilai persediaan total
adalah 1.000 * 1.040 = 1.040.000
Sistem Perpetual
c)
Metode Rata-Rata Bergerak
Penentuan Harga
Pokok dengan cara menjumlahkan harga
pembelian dengan nilai persediaan dibagi dengan Jumlah persediaan setelah pembelian
Harga rata – rata per unitnya 1 apr adalah (180.000 + 0) / (200 + 0) = 900
Harga rata – rata per unitnya 10
apr adalah (180.000 + 300.000) / (200 + 300) = 960
Harga rata – rata per unitnya 21
apr adalah (480.000 + 440.000) / (500 + 400) = 1.022
Harga rata – rata per unitnya 23
apr adalah (920.000 + 120.000) / (900 + 100) = 1.040
Sehingga nilai persediaan totalnya
adalah 1.000 * 1.040 = 1.040.000
2.5
Pengaruh Metode Penilaian Persediaan
Semua
metode penilai persediaan didasarkan atas harga perolehan. Setiap perusahaan
bebas untuk memilih salah satu metode penilaian persediaan yang dianggap cocok
dan perlu diketahui juga pengaruh dari masing-masing metode yang digunakan.
a.Pengaruh terhadap neraca
Pada metode FIFO harga perolehan
persediaan yang ditetapkan pada tanggal neraca akan mendekati saat itu. Berbeda
halnya dengan metode LIFO, harga perolehan persediaan pada tanggal neraca
didasarkan pada harga perolehan barang yang dibeli lebih awal.
Akibatnya, harga perolehan persediaan tidak
mencerminkan keadaan pada tanggal neraca dan aktiva lancar sehingga total
aktiva akan dilaporkan lebih rendah dari harga yang berlaku pada tanggal
neraca.
b.Pengaruh
terhadap laba rugi
Penggunaan metode FIFO pada masa inflasi akan
menghasilkan laba bersih yang tinggi. Namun ada yang berpendapat bahwa
pemakaian metode FIFO di masa inflasi akan menghasilakan laba semu. Oleh karena
itu, penggunaan metode LIFO lebih dianjurkan.
c.Pengaruh terhadap pajak
Perhitungan laba bersih dengan metode
LIFO akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan metode FIFO maupun metode rata-rata. Hal tersebut disebabkan karena pada
penggunaan metode LIFO laba yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan metode
FIFO
Tujuan
pokok akuntansi persediaan adalah untuk menentukan laba rugi periodik yaitu
melalui proses mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil
penjualan dalam suatu periode akuntansi dan menentukan jumlah persediaan yang
akan disajikan di dalam neraca.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang penulis gunakan adalah data kuantitatif. Sumber data yang penulis gunakan adalah data sekunder, yaitu data-data yang berupa data pembelian dan penjualan produksi PT. NGK BUSI.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang lengkap dan akurat dibutuhkan beberapa cara atau teknik dalam pengumpulan datanya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan melihat data-data yang berupa data pembelian dan penjualan pada PT. NGK BUSI .
Untuk memperoleh data, penulis terlebih dahulu meminta ijin untuk melakukan penelitian dengan pihak yang bertanggung jawab atas perusahaan, yang diwakili oleh bagian personalia perusahaan. Setelah ijin diberikan langkah selanjutnya adalah mengadakan penelitian atas objek penelitian, yaitu mengenai sejarah dan gambaran umum perusahaan. Selanjutnya penulis mengadakan penelitian pada bagian pembelian dan penjualan , untuk itu penulis menemui bagian pembelian dan penjualan untuk mengetahui beberapa hal. Setelah itu penulis meminta ijin untuk melihat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data-data yang berhubungan dengan persediaan, khususnya data pembelian dan penjualannya.
3.3 Teknis Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisa kuantitatif. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah perbandingan antara dua metode penilaian persediaan menurut PSAK No. 14 revisi 2008 dan UU PPh. No.10 Tahun 1994 pasal 10 ayat 6 dengan menggunakan sistem perpetual dalam melakukan pencatatan persediaannya untuk mengetahui jumlah persediaan akhirnya.
a.Metode FIFO (first in first out method)
Barang-barang yang digunakan atau dikeluarkan sesuai dengan urutan pembeliannya. Dengan kata lain barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan.
b.Metode rata-rata bergerak (moving average method)
Biaya rata-rata per unit untuk masing-masing item dihitung setiap kali
pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk menentukan harga
pokok setiap penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan rata -rata
baru dihitung.
Penentuan HPP (harga pokok penjualan) juga perlu dilakukan untuk mengetahui
perbedaan laba yang akan diperoleh dari masing-masing metode penilaian
persediaan untuk dibandingkan. Laba kotor diperoleh dari penjualan dikurangi
HPP dan laba bersih diperoleh dari laba kotor dikurangi beban penjualan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Metode yang digunakan dalam penilaian persediaan sebaiknya menggunakan metode FIFO dan metode pencatatan yang dilakukan perusahaan sebaiknya menggunakan metode PERPETUAL. Kami sebagai penulis menilai bahwa dalam metode FIFO harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai urutan terjadinya transaksi sehingga memudahkan kita untuk mengetahui dan mengecek laporan keungan selain itu laba yang dihasilkan akan lebih besar dan nilai persediaan dinilai menurut harga pokok sekarang sehingga disaat harga barang cenderung naik turun, nilai persediaan akhir akan tetap konsisten seperti awal dan tidak ada kemungkinan terjadinya manipulasi. Selain itu juga memperkecil biaya pemeliharaan gudang, karena persediaan yang dahulu masuk lebih dahulu keluar sehingga produk tidak cepat rusak dan biaya pemeliharaan persediaan lebih murah.
Penggunaan metode FIFO pada masa inflasi akan menghasilkan laba bersih yang tinggi. Namun ada yang berpendapat bahwa pemakaian metode FIFO di masa inflasi akan menghasilakan laba semu. Oleh karena itu, penggunaan metode LIFO lebih dianjurkan karena akan memperkecil laba sehingga pajak yang dibayar perusahaan kecil .
4.2 Saran
Agar lebih baik dari penelitian ini,
maka peneliti selanjutnya diharapkan: periode penelitian lebih dari 5 tahun
sehingga hasil yang didapat nanti akan lebih signifikan, dan memperluas lingkup
pengambilan data dengan memasukkan data primer baik secara langsung ataupun
melalui penyebaran kuisioner dengan tujuan untuk menggali faktor-faktor non
keuangan yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan dan
membandingkannya dengan hasil penelitian.
Selain itu penelitian tentang metode
akuntansi persediaan akan lebih baik jika dilakukan hanya pada masa perubahan
harga saja. Hal ini agar didapat data perbedaan atau pengaruh yang jelas atas
perbedaan metode persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Akuntansi & Manajemen. (2015).
“Harga Pokok Penjualan Metode Rata – Rata (Average Methode)” http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/02/metode-rata-rata-harga-pokok-penjualan-average-method.html
(diakses pada 3 januari 2016)
·
Akuntansi Keuangan Lanjut I. (2013).
“Persediaan” http://aktkeu.blogspot.co.id/2013/10/persediaan.html
(diakses pada 2 januari 2016)
·
Elraihany. (2013). “PSAK 14 –
Persediaan” https://elraihany.wordpress.com/2013/06/18/psak-14-persediaan/
(diakses tanggal 1 januari 2016)
·
Expresisastra. (2013). “Cara Menulis
Daftar Pustaka Berdasarkan Jenis Sumber Yang digunakan” http://expresisastra.blogspot.co.id/2013/12/Cara-Menulis-Daftar-Pustaka-Berdasarkan-Jenis-Sumber-yang-Digunakan.html
(diakses pada 4 januari 2016)
·
Hidayat, E. (2014). “analisis pemilihan
metode akuntansi persediaan berpengaruh terhadap laporan keuangan pada PT
anugrah mandiri waktu kencana” Tugas Mandiri pada Universitas Pamulang: Tidak
diterbitkan
·
Jalan Hidup. (2014). “Tugas Kampus -
Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan”. http://anakkacang.blogspot.co.id/2014/12/tugas-kampus-analisis-pemilihan-metode.html
(diakses tanggal 2 januari 2016)
·
Lentera Kecil. (2013). “Penulisan Daftar
Pustaka Dari Internet” http://lenterakecil.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/
(diakses pada 4 januari 2016)
·
Skripsi Ekonomi Akuntansi. (2008),
“Analisis Metode Penilaian Persediaan”. http://skripsiekonomi-akuntansi.blogspot.co.id/2008/11/proposal-skripsi-ekonomi-akuntansi.html
(diakses tanggal 1 januari 2016)
·
Transformasi. (2013). “PSAK 14 –
Persediaan” http://www.transformasi.net/articles/read/154/psak-14-persediaan.html
(diakses tanggal 1 januari 2016)
·
Zulidamel. (2009). “Penilaian
Persediaan” https://zulidamel.wordpress.com/2009/02/20/penilaian-persediaan/
(diakses pada 3 januari 2016)
·
Baridwan,Z; 1992,
Intermediate Accounting; Yogyakarta: BPFE.
·
Mulyadi,
2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.
·
Earl
K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen. 2004. Akuntansi
Intermediate,
Edisi Lima Belas, Buku 1, Alih Bahasa oleh Salemba Empat, Salemba Empat, Jakarta.
·
Kieso,
Donald E, Jerry J, Weygant, and Terry D. Warfield, 2001. Intermediate
Accounting, 10th edition, New York;
Jhon Wiley and Sons, Inc.
·
Harnanto,
2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Satu, Salemba Empat,
Yogyakarta, 314.